Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau umat Islam dapat memanfaatkan hari raya Idul Fitri dengan berbagai kegiatan yang positif, misalnya mengunjungi sanak saudara untuk mempererat tali silaturrahim. Idul Fitri jangan digunakan untuk sekedar bergembira dan berfoya-foya.
“Jangan sampai kita terjerumus dalam pola hidup isyraf (berfoya-foya), sementara agama terus menganjurkan agar kaum muslimin selalu bersikap zuhud,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj kepada NU Online di Jakarta, Selasa (7/9).
Hal ini didasari dari kenyataan di tengah masyarakat yang masih memerlukan bimbingan dalam melaksanakan Lebaran. Dikatakannya, taushiyah tertulis telah disampaikan oleh PBNU pada 25 Ramadhan 1431 H lalu, pada saat diadakan acara buka bersama di kantor PBNU.
PBNU mengimbau agar umat Islam dapat menjalankan pola hidup sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung yang jumlahnya sangat banyak, yang sangat membutuhkan solidaritas dan santunan. Sesuai dengan pandangan agama bahwa hakekat Idul Fitri bukan ditandai dengan sarana serba baru, tetapi ditandai dengan meningkatnya ketakwaan.
PBNU juga mengimbau umat islam dapat memanfaatkan hari raya Idul Fitri untuk mempererat tali silaturrahim dengan mengunjungi sanak sudara, sahabat dan keluarga agar tercipta kehidupan rukun dan dan damai.
“Marilah kita gunakan idul fitri sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat kekeluargaan. Langkah ini penting untuk mengatasi semangat individualisme yang telah mengarah pada disintegrasi sosial,” demikian KH Said Aqil. (nam)
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau umat Islam dapat memanfaatkan hari raya Idul Fitri dengan berbagai kegiatan yang positif, misalnya mengunjungi sanak saudara untuk mempererat tali silaturrahim. Idul Fitri jangan digunakan untuk sekedar bergembira dan berfoya-foya.
“Jangan sampai kita terjerumus dalam pola hidup isyraf (berfoya-foya), sementara agama terus menganjurkan agar kaum muslimin selalu bersikap zuhud,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj kepada NU Online di Jakarta, Selasa (7/9).
Hal ini didasari dari kenyataan di tengah masyarakat yang masih memerlukan bimbingan dalam melaksanakan Lebaran. Dikatakannya, taushiyah tertulis telah disampaikan oleh PBNU pada 25 Ramadhan 1431 H lalu, pada saat diadakan acara buka bersama di kantor PBNU.
PBNU mengimbau agar umat Islam dapat menjalankan pola hidup sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung yang jumlahnya sangat banyak, yang sangat membutuhkan solidaritas dan santunan. Sesuai dengan pandangan agama bahwa hakekat Idul Fitri bukan ditandai dengan sarana serba baru, tetapi ditandai dengan meningkatnya ketakwaan.
PBNU juga mengimbau umat islam dapat memanfaatkan hari raya Idul Fitri untuk mempererat tali silaturrahim dengan mengunjungi sanak sudara, sahabat dan keluarga agar tercipta kehidupan rukun dan dan damai.
“Marilah kita gunakan idul fitri sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat kekeluargaan. Langkah ini penting untuk mengatasi semangat individualisme yang telah mengarah pada disintegrasi sosial,” demikian KH Said Aqil. (nam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar