Pondok Pesantren Salaf dan MDA-MDW-MDU "Darul Ulum" Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang-Jateng
DONASI
hubungi
HP 0877 3357 2211
HP 0877 3357 2211
Rabu, 15 Juni 2011
Tata Cara Sholat Gerhana
Tidak ada perbedaan di kalangan ulama, bahwa shalat gerhana dua raka’at. Hanya saja, para ulama berbeda pendapat dalam hal tata cara pelaksanaannya. Dalam masalah ini terdapat dua pendapat yang berbeda.
Pendapat pertama. Imam Mâlik, Syâfi’i, dan Ahmad, mereka berpendapat bahwa shalat gerhana ialah dua raka’at. Pada setiap raka’at ada dua kali berdiri, dua kali membaca, dua ruku’ dan dua sujud. Pendapat ini berdasarkan beberapa hadits, di antaranya hadits Ibnu ‘Abbas Radhiallahu'anhu, ia berkata, “Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam , maka beliau shalat dan orang-orang ikut shalat bersamanya. Beliau berdiri sangat lama (seperti) membaca surat al-Baqarah, kemudian ruku’ dan sangat lama ruku’nya, lalu berdiri, lama sekali berdirinya namun berdiri yang kedua lebih pendek dari berdiri yang pertama, kemudian ruku’, lama sekali ruku’nya namun ruku’ kedua lebih pendek dari ruku’ pertama.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Hadits kedua, dari ‘Aisyah Radhiallahu'anha, ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah melaksanakan shalat ketika terjadi gerhana matahari. Rasulullah berdiri kemudian bertakbir kemudian membaca, panjang sekali bacaannya, kemudian ruku’ dan panjang sekali ruku’nya, kemudian mengangkat kepalanya (i’tidal) seraya mengucapkan: “Sami’allahu liman hamidah,” kemudian berdiri sebagaimana berdiri yang pertama, kemudian membaca, panjang sekali bacaannya namun bacaan yang kedua lebih pendek dari bacaan yang pertama, kemudian ruku’ dan panjang sekali ruku’nya, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama, kemudian sujud, panjang sekali sujudnya, kemudian dia berbuat pada raka’at yang kedua sebagimana yang dilakukan pada raka’at pertama, kemudian salam…” (Muttafaqun ‘alaihi).
Pendapat kedua. Abu Hanifah berpendapat bahwa shalat gerhana ialah dua raka’at, dan setiap raka’at satu kali berdiri, satu ruku dan dua sujud seperti halnya shalat sunnah lainnya. Dalil yang disebutkan Abu Hanifah dan yang senada dengannya, ialah hadits Abu Bakrah, ia berkata:
“Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam , maka Rasulullah keluar dari rumahnya seraya menyeret selendangnya sampai akhirnya tiba di masjid. Orang-orang pun ikut melakukan apa yang dilakukannya, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam shalat bersama mereka dua raka’at.” (HR Bukhâri, an-Nasâ‘i)
Dari pendapat di atas, pendapat yang kuat ialah pendapat pertama (jumhur ulama’), berdasarkan beberapa hadits shahih yang menjelaskan hal itu. Karena pendapat Abu Hanifah Rahimahullah dan orang-orang yang sependapat dengannya, riwayat yang mereka sebutkan bersifat mutlak (umum), sedangkan riwayat yang dijadikan dalil oleh jumhur (mayoritas) ulama adalah muqayyad. [10]
Syaikh al-Albâni Rahimahullah berkata, [11] “Ringkas kata, dalam masalah cara shalat gerhana yang benar ialah dua raka’at, yang pada setiap raka’at terdapat dua ruku’, sebagaimana diriwayatkan oleh sekelompok sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dengan riwayat yang shahih”. Wallahu a’lam.
Ringkasan tata cara shalat gerhana sebagai berikut.
1. Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, membaca surat al-Fâtihah, dan membaca surat panjang, seperti al- Baqarah.
2. Ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
3. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan : sami’allhu liman hamidah
4. Tidak sujud (setelah bangkit dari ruku’), akan tetapi membaca surat al-Fatihah dan surat yang lebih ringan dari yang pertama.
5. Kemudian ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, hanya saja lebih ringan dari ruku’ yang pertama.
6. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan : sami’allahu liman hamidah
7. Kemudian sujud, lalu duduk antara dua sujud, lalu sujud lagi.
8. Kemudian berdiri ke raka’at kedua, dan selanjutnya melakukan seperti yang dilakukan pada raka’at pertama
Demikian secara ringkas penjelasan tentang shalat gerhana, semoga bermanfaat.
Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala ‘alihi washahbihi ajma’in.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PENYELENGGARA
Penasehat :
KH Ansor Hasan, Drs Supaat,M.Pd, Agus Kusyanto S.P.d
Kepala Madin : Ust. Sholeh
Ka.Ur TU : Purwo, S.Pd
Bendahara : Sunarto
Ur.Kurikulum : H Asmuni
Ur.Pengembg : Ubaedillah
Ur.Pengajaran : Nur Hasan
KH Ansor Hasan, Drs Supaat,M.Pd, Agus Kusyanto S.P.d
Kepala Madin : Ust. Sholeh
Ka.Ur TU : Purwo, S.Pd
Bendahara : Sunarto
Ur.Kurikulum : H Asmuni
Ur.Pengembg : Ubaedillah
Ur.Pengajaran : Nur Hasan
Entri Populer
-
Ibadah haji termasuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung, ia adalah salah satu rukun Islam yang diturunkan oleh Allah Ta...
-
Pondok Pesantren semestinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, karena sejarah panjang bangsa ini tida...
-
Setelah shalat wajib lima kali sehari, kita melakukan dzikir dan wirid, kemudian memanjatkan doa. Tidak ...
-
Bertempat di halamab Masjid Nurul Huda Ambowetan , Ustadz sholeh, Kepala Madin Darul Ulum dilantik menjadi Ketua Dewan Syuro Nahdlatul Ulama...
-
JIKA ANDA BERMINAT UNTUK INFAAQ - SODAQOH ATAU JARIYAH SILAHKAN SALURKAN KE PANITIA PEMBANGUNAN MASJID KEMBAR NURUL HUDA. DESA AMBOWETAN...
-
Madrasah Diniyah Wustho "Darul Ulum" NSM : 41.2.23.27.13.27 ...
-
Software Islami kina bisa anda dapatkan dengan mudah. Software Islami ini telah melekat pada berbagai merk laptop/Netbook. Salah satu perusa...
-
1. Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Tinggalkan tujuh dosa yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya: Apakah itu ya Rasulullah?...
-
Assalammu'alaikum Wr Wb Pengantar Seiring dengan perkembangaan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan, kebutuhan akan pendi...
trimakasih infonya
BalasHapus